Selasa, 26 Agustus 2014

Berburu Minyak dari Sumur Tua

MINYAK sebagai salah satu sumber energi dunia bukan hanya menjadi buruan negara melalui perusahaan-perusahaan perminyakannya, tetapi juga masyarakat awam dengan melakukan eksploitasi secara tradisional, seperti dilakukan warga Dusun Benteng, Desa Pertamina, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur.
Setiap harinya, ratusan warga di sekitar sumur tua milik Pertamina tersebut berjibaku menyedot minyak mentah dengan mesin Robin tanpa peduli keselamatan karena eksploitasi tidak sesuai prosedur. Itu pula yang terjadi pada Kamis malam, 14 November 2013, ketika minyak yang menyebur dari titik pengeboran terbakar dan meledak hingga mencederai 13 orang.
Pengamatan Serambi, di sepanjang jalan Desa Pertamina yang berada di Blok Perlak, berjejer bekas sumur bor yang ditinggalkan begitu saja karena tidak ada lagi minyak yang keluar. Hanya plastik hitam yang disangkut menyerupai bilik di setiap sumur yang ditinggalkan. Terlihat pula plang peringatan dari PT Pertamina EP yang melarang aktivitas di kawasan tersebut. Dua desa lagi yang juga memiliki cadangan minyak adalah Desa Buket Pala dan Mata Ie. “Meski penuh risiko, tapi ini sudah menjadi hajat hidup masyarakat di sini,” kata Ketua Pemuda Desa Pertamina, Anta Nasrullah.
Menurut Anta, di Desa Pertamina saja sedikitnya ada 500 orang yang menggantungkan hidup dari sumur minyak tua itu. Anak-anak di sini juga turut bekerja menambah penghasilan untuk orang tua mereka,” ujar Anta.
Menurut Anta, pembukaan sumur minyak itu sudah berlangsung sejak 20 tahun lalu namun pada awalnya tidak ramai seperti saat ini. Sejak 2010, upaya seismik yang dilakukan Pertamina bersama KSO Pasific Oil and Gas (POG) tidak membuahkan hasil. POG hengkang karena tidak menemukan kandungan minyak yang mencukupi untuk produksi. Kabarnya perjanjian kerja sama operasi (KSO) Pertamina dengan POG berakhir lebih awal yakni pada 24 Juni 2013.
Sejak dua tahun lalu, lanjut Anta, warga setempat menemukan kandungan minyak yang lumayan banyak sampai lima drum per hari. “Sejak itulah desa kami ramai didatangi pendatang, ada dari desa tetangga, ada juga dari luar (Tanjung Pura, Sumut),” kata Anta.
Para pengusaha sumur itu, tambahnya, tidak serta merta mendapatkan hasil. Ada yang sudah bersusah payah mengebor, tapi belum berhasil. Ada juga yang baru mencoba sudah berhasil. “Biasanya kedalaman sampai 25-30 meter, ada juga yang beberapa meter saja sudah keluar minyak. Tergantung rezeki,” katanya.
Hazraini alias Abdul, seorang warga Desa Buket Pala, mengatakan, ia sangat menyesalkan adanya permintaan segelintir orang yang meminta agar sumur minyak yang dikelola warga ditutup. “Sangat tidak bijak kalau menyarankan ditutup, karena ada ribuan orang yang menggantungkan hidupnya dari sini,” kata Abdul.
Menurut Abdul, seharusnya yang dilakukan adalah penyuluhan dari pihak Pertamina dan mengakomodir kepentingan warga, sebab ada lebih 2.500 warga menggantungkan hidup dari sumur tua itu.
Disinggung soal keamanan yang sering diabaikan warga, Abdul malah menyalahkan pihak Pertamina atau pemerintah yang tidak pernah memberikan penyuluhan kepada masyarakat. “Mereka wajib diberi penyuluhan, terutama mengenai keselamatan,” pungkas Abdul.(yusmadi yusuf)

Sumber : http://aceh.tribunnews.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar