Senin, 28 Februari 2011

Mon, Feb 28th 2011, 08:37

Gubernur Minta Pelaku Kriminal Menyerah

* Bentuk Tim Pengumpul Senpi

IDI - Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf,  meminta kepada pelaku kriminal bersenjata api yang masih berkeliaran di tengah-tengah masyarakat supaya segera menyerahkan diri  disertai penyerahan senjata api yang dimiliki. 

“Ada dua yang membuat saya gusar, pertama masih beredarnya senjata api di masyarakat dan peredaran yang narkoba jenis sabu yang masih tinggi termasuk di Aceh Timur,” kata Irwandi, Sabtu (26/2), di hadapan ratusan pimpinan dayah dan warga pada acara pengukuhan pengajian rutin pimpinan dayah se-Aceh Timur di Masjid Manzilul Minan, Kampung Beusa, Peureulak Barat. 

Menurut Irwandi, kondisi masih banyaknya beredar senjata api ilegal di Aceh sangat membahayakan, apalagi bila dikaitkan dengan kasus narkoba. “Umumnya,  jika pengguna narkoba tidak merasakan narkoba mereka akan sakit, dan ketika tidak ada uang untuk membelinya, maka akan merampok dengan senjata api,” ujar Irwandi.

Pihaknya, kata Irwandi bersama Kapolda Aceh  juga sudah membentuk tim kecil secara diam-diam bagi orang yang mau menyerahkan senjata api yang dimiliki. 

“Berikan ke kami tidak diproses, tapi waktu penyerahan tersebut juga terbatas. Tahun ini masih kami terima. Saudara yang telanjur melakukan tindak kriminal, tapi masih buron boleh datang ke tim saya untuk menyerahkan diri.  Bisa saja ke polisi. Kalau masih khawatir,  serahkan diri ke kami,” janji Irwandi.

Irwandi mengatakan, kriminal bersenjata api dan narkoba merupakan pekerjaan yang  maha salah. Apalagi, saat merampok bisa menyebabkan orang mati. Karena itu, dengan adanya  pengajian dan pencerahan oleh para ulama, kasus penyelahgunaan narkoba dan senjata api dapat berkurang. 

“Orang-orang di luar Aceh yang hendak masuk ke Aceh Timur masih takut  untuk berinvestasi, karena masih banyak kasus yang melibatkan kekerasan. Jika begini, semua kita bakal miskin. Saya harapkan sekali lagi,  suadara yang memiliki senjata api segera serahkan. Yang berkasus (DPO) juga segera serahkan diri. Sedangkan yang kena narkoba sudah bisa berhenti,  itu barang haram,” demikian Irwandi.

Sebagaimana diketahui, Aceh Timur, salah satu daerah yang kerap terjadi kasus kekerasan bersenjata api. Malah kerap pula dicap sebagai “Texasnya” Aceh. Kasus terbaru adalah, sekelompok orang tak dikenal dan bersenjata api (OTK bersenpi) jenis AK-47, Minggu (13/2) sekira pukul 02.30 WIB, beraksi di kawasan pedalaman Banda Alam, Aceh Timur. 

Pelaku yang diperkirakan lima orang itu menggerayangi rumah Muhammad Yusuf alias Amad Kompi (32) dan mengambil dompet plus uang milik korban.Kemudian, rentetan letusan senjata api di staging (lokasi penempatan besi dan pipa) milik Pacific Oil & Gas di Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, terjadi Kamis (6/1) sekira pukul 00.30 WIB.

Selasa, 22 Februari 2011

Mon, Feb 21st 2011, 08:45

Dewan Desak Pemprov Tangani Longsor Teumpheun

IDI - Anggota DPRK Aceh Timur dari dari Partai Aceh (PA), Mansur Abubakar, kembali mendesak pemerintah Provinsi Aceh untuk segera menangani longsor di ujung kepala jembatan Teumpheun, Kecamatan Peureulak Barat, yang telah menewaskan dua warga dalam sebuah kecelakaan lalu lintas akibat mengelak lubang tersebut, Minggu (13/2) lalu.

“Harus ada solusi yang tepat untuk pembangunan lintas Peureulak-Lokop di Teumpheun. Sebab, longsor ini telah menelan korban jiwa. Gubernur sejatinya harus bisa merespon tragedi ini, sebagai sebuah peringatan, apalagi sudah ada ancaman dari warga yang akan memblokir jalan,” tegas Mansur kepada Serambi, Minggu (20/2).

Dia menilai, ancaman blokir jalan lintas Peureulak-Lokop yang disampaikan warga bukan tidak beralasan, dan itu merupakan akumulasi kekecewaan karena selama ini telah lama ditelantarkan sehingga abrasi tebing alur di ujung kepala jembatan Teumpheun tak kunjung ditangani. “Jangan menunggu ketika rakyat mengamuk, baru pembangunan dilakukan,” ujarnya.

Mansur juga menyerukan, supaya Pemprov Aceh bisa memprioritaskan pembangunan longsor lintas Peureulak- Lokop itu, karena ruas jalan tersebut menjadi urat nadi perekonomian warga dari Kecamatan Ranto Peureulak, Peureulak Barat, Peunarun, dan  Lokop. 

“Banyak sekali solusi sebenarnya yang bisa dilakukan. Artinya penanganan bisa melalui jalur Badan Penanggulangan Bencana Provinsi (BNPP) atau melalui dinas pengairan. Sekali lagi kami minta pemerintah supaya mempercepat penanganan ini,” ujar Mansur, anggota dewan asal pemilihan DP IV itu.

Sebelumnya diberitakan, warga mengancam akan memblokir jalan lintas Peureulak-Lokop, Aceh Timur, jika longsor badan jalan pada ujung jembatan Teumpheun, Peureulak Barat, yang telah memakan dua korban jiwa dalam suatu peristiwa laka lantas, Minggu (13/2) lalu, belum ditangani pemerintah. Ancaman tersebut disampaikan warga menyusul belum ditangani longsoran badan jalan meski telah mengakibatkan dua nyawa melayang. Pemerintah Aceh juga dinilai tidak peka dengan kondisi jalan provinsi itu.(is)

Minggu, 20 Februari 2011

Jembatan Seunubok Baro Memprihatinkan

IDI - Jembatan Seuneubok Baro yang menghubungkan Kecamatan Julok dengan Kecamatan Indra Makmue, Aceh Timur, kondisinya kini sangat memprihatinkan. Jembatan yang dibangun pada masa Asamera Oil Ltd itu, lantainya sudah berantakan dan bolong-bolong sehingga mengancam keselamatan warga. Bahkan, beberapa waktu lalu, seorang pengendara sepmor jatuh bersama kendaraannya ke sungai setelah terperosok di lantai jembatan tersebut.

Informasi yang diterima Serambi, Rabu (16/2), akibat kondisi jembatan yang begitu memprihatinkan membuat puluhan kendaraan roda empat tidak bisa melintasi. Kendaraan-kendaraan tersebut terpaksa antre bersama muatannya, yang hendak dibawa turun ke pusat kota. “Beberapa waktu lalu, ada seorang pengendara jatuh saat mendorong kendaraannya di atas jembatan yang rusak itu,” ujar salah seorang warga.

Amatan Serambi, jika tidak segera diperbaiki, jembatan yang menjadi urat nadi perekonomian warga yang bermukim di Indra Makmue terancam ambruk total. Bahkan, akan menghambat pasokan  bahan-bahan pokok dari Julok ke Indra Makmue.

Sopir truk pengangkut  sawit, Zulkifli (35) mengatakan,  truk yang ia kemudikan bermuatan kelapa sawit sebanyak 15 ton dari Kecamatan Indra Makmu, harus terhenti sejak Selasa (15/2) sekira 20.00 WIB,  karena tidak bisa melewati jembatan tersebut.

Sementara itu, Hasballah (38) warga lainnya menyatakan, akibat jembatan yang tak kunjung diperbaiki itu, seorang perempuan telah jatuh bersama sepmornya. Kecuali itu, kata dia, telah membuat warga di sana tidak nyaman saat melintas.

Dikatakannya, saat ini ada enam   jembatan peninggalan Asamera Oil Ltd penghubung lintas Julok-Indra Makmue yang kondisinya kritis. Yakni, jembatan Buket Seroja, Blang Bideun, Buket Panyang, Seuneubok Baro, Keude Buloh, dan jembatan Botren.

Warga berharap, pemerintah melalui dinas terkait agar segera membangun fasilitas jembatan dan jalan di sana, agar transportasi masyarakat lancar serta nyaman.(is)

Warga Ancam Blokir Lintas Peureulak-Lokop

* Longsor di Ujung Jembatan Timpheun belum Ditangani

IDI - Warga mengancam akan memblokir lintas Peureulak-Lokop, Aceh Timur, jika longsor badan jalan di ujung jembatan Teumpheun, Peureulak Barat, yang telah memakan dua korban jiwa dalam peristiwa laka lantas, Minggu (13/2) lalu, belum ditangani pemerintah. Ancaman itu disampaikan warga menyusul belum ditangani longsoran badan jalan meski telah mengakibatkan dua nyawa melayang. Pemerintah Aceh juga dinilai tidak peka dengan kondisi jalan provinsi itu.

“Lebih baik lintasan ini kami blokir saja. Apa pemerintah harus menunggu korban lebih banyak lagi, baru akan ditangani. Rakyat cukup lama menjerit,  ke mana juga mata para pejabat atau penguasa negeri ini. Jangan tunggu rakyat mengamuk, saya menilai pemerintah tidak peka,” kata Mukhtar M Zein (30), salah seorang warga Ranto Peureulak, yang selalu melintasi di  jalan longsor tersebut, Kamis (17/2).

Ia mengaku sangat geram dengan sikap Pemerintah Aceh yang acuh tak acuh dengan penanganan longsor badan jalan yang persisnya di ujung kepala jembatan Teumpheun.  Padahal, longsor itu sangat mengancam keselamatan pengguna jalan, apalagi  berada di cekungan jalan. Artinya,  pengendara yang melaju kencang tidak mengatahui persis ada longsor. Ketika laju kendaraan direm tiba- tiba,  maka tabrakan tidak dapat dihindari.

“Sekarang coba buktikan jika penguasa peduli rakyat. Ini yang paling dibutuhkan untuk lintasan penghubung Kecamatan Peureulak, Peureulak Barat, Ranto Peureulak, Peunarun, dan Lokop,” ungkapnya.

Hal yang sama juga diungkapkan Ismail alias Aki Rayeuk, tokoh masyarakat Peureulak Barat. Ia mengaku heran dengan lambannya penanganan longsor badan jalan dari pemerintah. Padahal, Aki menyatakan, melalui surat rekomendasi bupati dan camat, pihaknya sudah melayangkan surat ke kantor gubernur di Banda Aceh supaya ditangani secara tanggap darurat lantaran  kondisinya memang mendesak.

“Saya sering sekali ditelepon oleh warga, apakah longsor itu tidak akan ditangani oleh pemerintah, dan saya tidak bisa menjawab secara jelas,” ujar Aki Rayeuk.

Menurut Aki, tidak mengherankan jika ada niat warga sekitar yang akan memblokir jalan tersebut sehingga arus transportasi penghubung beberapa kecamatan tersebut akan lumpuh total. Dampaknya, kata Aki, distribusi logistik akan terhenti total dan ancaman kelaparan untuk warga Ranto Peureulak, Peunarun dan Lokop akan terjadi.

“Saya hanya menyarankan, jika pemerintah peduli,  silakan komit untuk membangun agar tidak menimbulkan korban jiwa lebih banyak lagi. Bisa saja dengan sistem tanggap darurat, itu pun kalau pemerintah serius, sebelum ancaman blokir benar- benar dilakukan,” demikian Aki Rayeuk.

Sebelumnya diberitakan, longsor yang mengikis badan jalan di ujung jembatan Teumpheun, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur, persisnya di lintasan Peureulak- Ranto Peureulak, Minggu (13/2) sekira  pukul 15.30 WIB, telah memakan korban. Dua nyawa melayang akibat bertabrakan setelah mengelak longsor badan jalan yang berada pada cekungan jalan tersebut.

Korban yang meninggal yakni Nazaruddin (30) pegawai Puskesmas Ranto Peureulak dan Suhedi, keduanya  tercatat sebagai warga Ranto Peureulak. Warga di sana sangat menyesalkan insiden tersebut, karena pemerintah belum menangani jalan longsor meski telah diajukan permohonan beberapa waktu lalu.(is)
Sun, Feb 20th 2011, 08:36

Ruas Jalan Peureulak-Lokop Ditanami Pisang

 
Warga melintas di ruas jalan provinsi Peureulak-Lokop, tepatnya di kawasan Lapangan Heli, Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, yang ditanami pohon pisang. Warga setempat kesal, karena jalan rusak itu tak kunjung diperbaiki. Foto direkam Sabtu (19/2). 


         Ruas jalan provinsi lintas Peureulak-Lokop, tepatnya di kawasan Lapangan Heli, Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, Sabtu (19/2) ditanami pohon pisang oleh warga karena kesal jalan rusak itu tak kunjung diperbaiki. Bahkan, sebelumnya satu unit truk dan mobil pikap sempat terperosok dalam kubangan lumpur di kawasan tersebut. Meski ditanami pohon pisang, arus tranportasi warga dilaporkan lancar.

M Ilyas Muhammad (45), kepada Serambi, Sabtu (19/2) mengatakan, aksi penanaman pohon pisang di atas badan jalan yang rusak merupakan kekecewaan warga, menyusul tidak diperbaikinya ruas jalan yang rusak parah tersebut. “Kerusakan telah menganggu arus transportasi, hal ini diperparah saat musim hujan tiba. Akibatnya jalan dipenuhi lumpur serta berkubang,” ungkap Ilyas.

Menurut Ilyas, rusaknya ruas jalan di kawasan Lapangan Heli menandakan rusaknya perekonomian warga yang mayoritas bergantung di sektor perkebunan. Pasalnya, terang Ilyas, dengan rusaknya jalan telah mengakibatkan aktivitas warga untuk mengangkut hasil bumi atau berbagai keperluan lain terganggu.

Padahal, tambah pekerja kebun ini, ruas Peureulak-Lokop merupakan satu-satunya jalur transportasi untuk warga di pedalaman Ranto Peureulak, Peunarun, dan Lokop.

Karena itu, Ilyas Muhammad mendesak pemerintah segera bisa menangani kerusakan jalan lintas Peureulak-Lokop. Ia menilai, bila ini tidak segera diwujudkan, pemerintah sama saja dengan membiarkan kondisi ekonomi masyarakat morat-marit. “Jika dari sisi modal usaha tidak dibantu, minimal infrastruktur jalan, jembatan, dan sarana publik lainnya harus diperhatikan pemerintah,” demikian Ilyas.

Sebelumnya, ruas jalan provinsi lintas Peureulak-Lokop, Aceh Timur, Senin (7/2) pagi, amblas. Akibatnya, puluhan kendaraan roda empat dari Peureulak-Lokop dan sebaliknya terperangkap macet. Satu unit truk interkuler BK 9243 BJ dan sebuah mobil pikap kecil terperosok di atas ruas jalan yang amblas tersebut.

Menurut warga yang terjebak macet, jika jalan dengan jarak tempuh dua jam dari pusat Kota Peureulak itu tidak diperbaiki, maka arus transportasi ke sana akan lumpuh total sehingga ribuan jiwa akan terkurung.(is)

Lintas Peureulak-Lokop Longsor

Wed, Nov 24th 2010, 10:04

Warga sedang menimbun salah satu lokasi longsor di ruas jalan lintas Peureulak- Lokop Aceh Timur. Foto direkam beberapa hari lalu. SERAMBI/ISKANDAR USMAN

PEUREULAK - Sejumlah titik di ruas jalan lintas Peureulak-Lokop, Aceh Timur, dilaporkan longsor sehingga menganggu lalu lintas warga ke kawasan pedalaman tersebut. Selain itu, badan jalan terutama di kawasan Seumanah Jaya (Krueng Tuan) juga rusak parah. Warga mengharapkan perhatian pemerintah untuk menangani jalan provinsi tersebut.

Muhammad Fadil (30) alias Abu Fayyadh kepada Serambi, Selasa (23/11) mengatakan, ruas jalan tersebut mengalami titik longsor di sejumlah titik. Lubang jalan akibat longsor sangat mengancam penggunan jalan, seperti di kawasan Beurandang.

“Kondisi ini benar-benar sangat memprihatinkan, pemerintah harus memikirkan pembangunan jalan ke kawasan pedalaman ini. Jika putus total, maka semua mobil dari Peureulak tidak bisa mengangkut barang ke Kecamatan Peunarun dan Lokop,” sebut Fadil.

Menurut Fadil, lintas Peureulak-Lokop sebenarnya menjadi saah satu urat nadi pereknomin warga dari sejumlah kecamatan. Di mana selama ini, puluhan ton karet, sawit, kakao, dan jenis hasil alam lainya dikeluarkan ke Medan melewati jalan tersebut.

“Coba bayangkan saja jika benar-benar jalan putus, apalagi hujan terus menerus yang mengerus jala. Bagaimana jadinya petani di kawasan ini,” ungkapnya, seraya mengharapkan kepedulian pemerintah.(is)

Rabu, 09 Februari 2011

Ranto Peureulak Rawan Banjir

Tue, Feb 8th 2011, 08:59
IDI-Akibat belum tersedianya saluran pembuangan air (drainase) menyebabkan ibu kota Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur saat ini rawan genangan air atau banjir. Tidak hanya itu, pembangunan sejumlah sarana maupun prasarana lainnya di kecamatan tersebut juga luput dari perhatian.

Ketua Forum Komunikasi Keuchik (FKG) Ranto Peureulak, M Nur Usman, didampingi Mukim Ismail Reubi, Sekretaris Desa Mahyuddin, serta Keuchik Bukit Pala, Akhyar, kepada Serambi, Senin (7/2) menyebutkan, Kecamatan Ranto Peureulak merupakan salah satu kecamatan tertua di Aceh Timur yang memiliki banyak potensi alam. Namun, hingga kini berbagai perhatian terhadap pembangunan sarana dan prasarana di daeah itu masih sangat minim, bahkan tidak ada sama sekali.

“Kecamatan Ranto Peureulak sudah definitif sejak tahun 1990. Namun, berbagai pembangunan yang menyangkut kepentingan publik, sepertinya luput dari perhatian. Lihat saja, hingga kini di kawasan Desa Bukit Pala tepatnya Keudeu Ranto Peureulak belum juga dibangun drainase sepanjang 600 meter. Padahal, kami sudah menyampaikan permohonan tersebut kepada pemerintah daerah,” katanya.

Begitu pula halnya dengan sarana jalan dan jembatan yang menghubungkan sejumlah desa dengan pusat ibu kota kecamatan yang kondisinya juga sudah hancur-hancuran. Misalnya, tidak jarang pada ruas jalan dan jembatan yang rusak serta sering dilalui warga seperti jembatan pada Dusun Darussalam yang sering menelan korban.

Menurutnya, akibat belum tersedianya drainase, puluhan rumah dan kedai milik masyarakat sekitar rawan banjir. Kondisi itu akan berlangsung berhari-hari yang juga berimbas atau berdampak pada perekonomian masyarakat setempat. Sementara ruas jalan dan jembatan yang menghubungkan sejumlah desa dengan ibu kota pusat kecamatan merupakan urat nadi dan ransportasi masyarakat untuk mendistribusikan berbagai hasil dan potensi alam, seperti kelapa sawit, coklat, padi, pinang, karet maupun lainnya.

Ruas jalan atau jembatan yang kondisinya rusak serta hancur-hancuran terdapat pada desa Mata Ie, Paya Palas, Punti Payong, Seumali, maupun Tanjung Tani, padahal desa-desa tersebut merupakan sentra dan zona pertanian baik untuk Ranto Peureulak maupun Aceh Timur. Akibatnya, warga menilai Pemkab telah menganaktirikan mereka serta.

Mereka berharap adanya perhatian Pemkab untuk memperbaiki serta memperhatikan berbagai kekurangan atau membangun berbagai sarana dan prasarana di kecamatan itu. Apalagi Ranto Peureulak merupakan sentra pertanian.(na)

Interkuler Terperosok, Kendaraan Terjebak Macet

Tue, Feb 8th 2011, 09:11
PEUREULAK—Ruas jalan provinsi lintas Peureulak- Lokop, Aceh Timur, Senin (7/2) pagi, amblas. Akibatnya, puluhan kendaraan roda empat dari Peureulak- Lokop dan sebaliknya terperangkap macet. Satu unit truk interkuler BK 9243 BJ dan sebuah mobil pikap kecil terperosok di atas ruas jalan yang amblas tersebut.

Menurut warga yang terjebak macet, jika jalan dengan jarak tempuh dua jam dari pusat Kota Peureulak itu tidak diperbaiki, maka arus transportasi ke sana akan lumpuh total sehingga ribuan jiwa akan terkurung. 

M Ilyas Muhammad (47), salah seorang warga yang terjebak macet akibat jalan amblas menyusul terperosok truk di sana mengabarkan, kejadian tersebut terjadi pada pagi kemarin. Akibatnya, kata dia, puluhan mobil harus antri panjang menunggu truk yang terperosok bisa ditarik.

Namun, Ilyas yang dikonfirmasi ulang siang kemarin memastikan kendaraan yang terperosok di jalan amblas masih belum bisa dievakuasi. “Nampaknya belum bisa ditarik, sehingga kendaraan yang terjebak macet pun bertambah panjang,” katanya.

Menurut dia, jalan lintas Peureulak-Lokop yang amblas terdapat di kilometer 28 kawasan Lapangan Heli, Desa Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak. Ia juga menyebutkan, lintasan menuju ke Peunarun dan Lokop selama ini memang dikenal rawan longsor, apalagi menyusul turunnya hujan di kawasan pergunungan itu.

Karena itu, Ilyas yang sering melintasi jalan tersebut, meminta Pemerintah Aceh untuk bisa menangani serta memperbaiki ruas jalan yang amblas. “Ini adalah lintasan vital yang sangat penting bagi masyarakat di tiga kecamatan, yakni Lokop, Peunarun, dan Ranto Peureulak,” ungkap Ilyas,  yang juga warga Seuneubok Baro, Ranto Peureulak.

Sementara Kepala Dinas PU Aceh Timur Yusuf Adam yang dikonfirmasi secara terpisah enggan memberi komentar, karena jalan tersebut di bawah tanggungjawab pihak provinsi Aceh.(is)

Warga Ranto Peureulak Keluhkan Pemadaman Listrik

Wed, Feb 9th 2011, 08:06
IDI - Sejumlah warga Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, mengeluhkan seringnya pemadaman listrik oleh pihak PLN setempat sejak dua pekan terakhir.  Dampaknya, aktivitas warga seperti pengajian malam hari sempat terganggu.

Mukhtar M Zein, tokoh pemuda Seuneubok Baro, Kecamatan Ranto Peureulak, kepada Serambi, Senin (7/2) mengatakan, listrik di sana padam tidak menentu. “Kadang-kadang ada mati satu hari sekali, pokoknya hampir rutin setiap hari. Malahan dalam sehari sempat sampai tiga kali listrik padam, di mana kondisi ini membuat masyarakat rugi,” katanya.

Menurut Muhktar, akibat padam listrik tidak beraturan itu, usaha kecil rumah tangga ikut berpengaruh. Selain itu juga pengajian anak-anak pada malam hari. “Jika padamnya listrik selama karena gangguan jaringan akibat alam, seharusnya PLN bisa melakukan langkah antisipatif. Saat orang sedang melakukan samadiah umum di tempat orang meninggal listrik pun padam,” sebutnya geram.

Manajer PLN (Persero) Ranting Peureulak, Cut Amin SE, yang dikonfirmasi kemarin sore mengatakan, padamnya listrik di kawasan Ranto Peureulak diakibatkan terkena pohon karet yang ditebang oleh sebuah perusahaan perkebunan di sana.

“Karena penebangan pohon karet, saat tumbang ada yang terkena jaringan PLN. Ini kita sudah koordinasi ke mereka, agar saat penebangan diberitahukan kepada PLN supaya mudah diantisipasi,” katanya.(is)

Material Galian C Ganggu Pengguna Jalan

Wed, Feb 9th 2011, 09:11
IDI - Material galian C yang terdapat di pinggir jalan lintasan Peureulak-Ranto Peureulak, persinya di kawasan Teumpheun, Kecamatan Peureulak Barat, Aceh Timur, sangat menganggu pengguna jalan. Pasalnya, tanah bukit yang diambil untuk keperluan tanah timbun tersebut,  tumpah dan nyaris menutup semua badan jalan di kawasan itu. Bahkan, tanah yang tercecer kini membentuk gundukan kecil di jalan sehingga kendaraan seperti berjalan di atas batu.

Amatan Serambi, Selasa (8/2) siang, tanah galian yang tumpah di atas jalan terdapat di sisi kanan lintas Peureulak-Ranto Peureulak dari arah Kampung Beusa. Di sana, badan yang berukuran sekitar 4 meter tertutup tanah kuning. Semua kendaraan yang melaju terlihat seperti menaiki bukit bebatuan, karena tanah galian C yang tumpah sudah mengeras. Tidak hanya itu, saat kendaraan melintas kepulan debu juga mengepul ke udara akibat tanah galian C dilindas kendaraan.

Menurut warga, seharusnya aktivitas galian C yang terdapat di pinggir jalan tersebut  dapat memperhatikan dampak lingkungan.  “Untuk ketentraman umum juga harus diperhatikan. Sebaiknya tanah yang tumpah di atas jalan bisa disiram dengan mobil tangki supaya tidak menganggu warga serta menimbulkan debu. Yang paling  sengsara kami-kami yang menggunakan sepeda motor,” ujar salah seorang pengguna sepmor yang melintas dengan raut wajah geram, saat Serambi mengabadikan foto tanah galian C tersebut.

Warga juga berharap, dinas terkait seharusnya mengeluarkan aturan yang jelas tentang aturan pengambilan tanah galian C, misalnya setiap kendaraan yang mengangkut tanah harus menutup semua bak truk agar tidak tumpah. Kemudian, jika ada tanah yang tumpah di jalan harus disiram kembali. “Semoga ke depan akan ada kebijakan seperti ini agar  tidak membuat orang lain sengsara,” ujar Mukhtar salah seorang warga lainnya.(is)

Pengeboran Minyak Pacific Oil & gas


Masa Lalu Asamera Oil



















ALAT MADCO ENERGI DI RANTO PEUREULAK